Dalam Pusaran Konflik Gaza
Yahudi
dalam al-Qur’an
Oleh
Adrian Jourdan Muslim
Peminat
Politik Mancanegara
Jalur Gaza
kembali membara. Operasi bumi hangus Israel mendapat perlawanan
ketat dari Hamas. Tel Aviv diserang rudal-rudal Hamas. Saling
serang kini berkecamuk di wilayah Palestina.
Hamas jelas
tak bakal menyerah. Biarpun Israel didukung Amerika Serikat, tetapi,
anak-anak Palestina tidak ciut. Israel yang kepala batu berhadapan
dengan bangsa Palestina yang bertekad berjuang sampai titik darah
penghabisan.
Israel
merupakan negara Yahudi. Nama Israel berawal dari sapaan malaikat
Jibril kepada Nabi Yaqub. Kala itu, Yaqub Alaihissalam
melakukan perjalanan malam dari Hurran ke Kan’an.
Nabi Yaqub
yang punya 12 putra merupakan nenek moyang Yahudi. Pada 1707 sebelum
Masehi, Nabi Yaqub bersama keturunannya eksodus ke Mesir. Raja
Rayyan (Suserenre) menerima mereka dengan perasaan senang.
Menjelang
sakratul-maut, Nabi Yakub meminta konfirmasi tauhid kepada
putra-putranya. “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka
menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu serta Tuhan sang leluhur
Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Nabi Ishak. Kami menyembah Tuhan yang
Maha Esa. Kami Muslim!” (al-Baqarah:
133).
Pada 1580
sebelum Masehi, seorang ningrat dari Thebes bernama Ahmes
menumbangkan kekuasaan Raja Hyksos di Mesir. Nasib Yahudi pun
merana. Mereka ditangkap seraya dijadikan budak belian.
Peruntungan
Yahudi tetap terjerat derita saat berada di bawah kekuasaan Rhamses
II. Di suatu malam, ia bermimpi. Rhamses II melihat api dari Baitul
Maqdis yang menjalar ke Mesir. Ahli nujum lalu meramalkan perihal
kelahiran seorang Yahudi yang bakal menggoyang tahta Fir’aun.
Titah segera
digulirkan guna membunuh semua bayi Yahudi yang lahir selama tahun
1527 sebelum Masehi. Sial bagi Rhamses II. Pasalnya, bayi yang
lahir dari rahim Yukabad binti Qahat, justru ia pelihara. Bayi
bernama Musa bin Imran bin Qahats bin Azir bin Laway bin Nabi Yaqub
tersebut yang kelak meluruhkan tahtanya.
Pada 1447
sebelum Masehi, Nabi Musa menakhodai umat Yahudi mencari Tanah yang
Dijanjikan (the Land of Promise).
“Hai bani Israil! Bersyukurlah atas nikmat yang Aku limpahkan
kepadamu. Camkan pula bahwa Aku mengutamakan leluhurmu (yang dulu
taat) di antara umat lain di zamannya” (al-Baqarah:
47).
Kaum Yahudi
yang dilapangkan rezekinya rupanya tidak tahu bersyukur. “Hai
Musa! Kami tak sudi beriman kepadamu sebelum melihat Allah secara
nyata (dengan mata kepala)!” (al-Baqarah:
55). Hasrat menatap Tuhan akhirnya berbuah pedih. Mereka disambar
halilintar.
Tatkala
diberi makanan berupa salwa
serta manna,
puak Yahudi kembali menggugat. “Hai Musa, kami jemu dengan satu
macam makanan saja. Berdoalah kepada Tuhan agar ia menghasilkan bagi
kami apa yang tumbuh di atas bumi semacam sayur-mayur, ketimun,
bawang putih, kacang adas dan bawang merah” (al-Baqarah:
61).
Sesudah
menempuh perjalanan melelahkan, bangsa Yahudi akhirnya tiba di
Palestina. Di mandala subur itu, orang Yahudi ternyata mendustakan
ajaran Allah. Ketika Musa Alaihissalam
wafat, maka, mereka menyembah Dewa Bal serta Astertes.
Pada 738
sebelum Masehi, rakyat Yahudi digilas oleh prajurit Assyria yang
dipimpin Tiglath Pilesar III. Kemudian pada 610 sebelum Masehi,
mereka juga diserbu artileri Fir’aun.
Di era
kekuasaan Babylonia pada 599 sebelum Masehi, etnis Yahudi mencoba
memberontak. Buntutnya, 10 ribu Yahudi ditawan oleh serdadu
Babylonia. Kekayaan mereka di Haikal Sulaiman dirampas.
Pada 593
sebelum Masehi, Yahudi kembali memberontak. Pada 586 sebelum Masehi,
Raja Babylonia Nebuchatnezar merangsek ke Palestina. Ia lantas
meluluhlantakkan Yerusalem. Kenisah Sulaiman dihancurkan. Sementara
umat Yahudi dibasmi dengan cara disembelih. Yahudi yang ditawan lalu
digiring ke Babyl untuk dijadikan budak.
Pada 536
sebelum Masehi, Kaisar Persia membebaskan kaum Yahudi. Alexander the
Great kemudian menginvasi Persia. Raja Macedonia tersebut kemudian
menguasai Syria dan Palestina.
Pada 63
sebelum Masehi, kerajaan Romawi menduduki Palestina. Di masa itu,
Yahudi bekerja sama dengan pemerintah Romawi. Kawanan rohaniawan
Yahudi bertugas sebagai pemungut pajak.
Tokoh-tokoh
agamawan Yahudi lantas terganggu oleh kehadiran Nabi Isa al-Masih.
Sanhedrin
(Mahkamah Tinggi Yahudi) lalu memprovokasi pemerintah Romawi untuk
membunuh Isa putra Maryam.
Pada tahun
70, Panglima pasukan Romawi yang bernama Titus menghancurkan Kuil
Sulaiman. Bangsa Yahudi kemudian tercerai-berai. Sebagian melarikan
diri ke Yaman serta Hijaz (Arab Saudi).
Pada 1895,
diselenggarakan muktamar Zionis di Bale, Swiss. Kongres yang
dikomandani Theodore Herzl tersebut bernafsu melikuidasi segenap
agama di dunia.
Konferensi
itu lantas menegaskan untuk mencari Tanah Air bagi 15 juta puak
Yahudi yang tersebar di seantero jagat. Argentina, Brasil,
Australia, Turki, Irak, Sinai, Afrika Selatan dan Uganda, sempat
dilirik sebagai tempat berdirinya negara Yahudi. Bahkan, Medinah
al-Munawwarah diincar pula. Alibi Yahudi ialah bani Quraizah serta
Nadhir tertera sebagai pemukim awal Medinah sebelum Nabi Muhammad
hijrah ke Medinah.
Pada 1945,
Presiden Franklin Roosevelt bertemu Raja Abdul Aziz bin Saud.
Roosevelt ingin membeli Medinah seharga 20 juta pound emas.
Permintaan itu jelas ditolak.
Zionis
ektrem tidak menyerah mencari tanah untuk dicaplok. Mereka akhirnya
mantap memilih Palestina sebagai sasaran. Pemerintah Inggris lalu
menipu rakyat Palestina. Hingga, Yahudi bisa kembali ke kawasan yang
selama ini mereka rindukan.
Negara
Israel yang sekarang sebetulnya cuma cikal bakal. Soalnya, Yahudi
merencanakan merampas sebagian besar Timur Tengah. Ihwal tersebut
tersirat dari kata “Israel” yang tiada lain singkatan dari Iraq,
Syria, Royaume Hachimete, Arabic Saudite, Egypt dan Lebanon.
Di dunia
Islam, kesesatan Yahudi juga tampak. Mereka sukses membelah Islam
dengan aliran Syiah. Di zaman Khalifah Usman bin Affan, muncul
Abdullah bin Saba. Ia menganjurkan supaya kaum Muslim mengumpulkan
harta sebanyak-banyaknya demi kepentingan pribadi. Abu Darda lantas
mengenalinya. “Siapa kamu! Kamu kan Yahudi tulen!”
Saat Ali bin
Abi Thalib dibunuh, sontak Abdullah bin Saba mempertuhankannya. Ia
mempropagandakan jika Ali tidak mangkat berkat adanya unsur Tuhan
dalam dirnya.
Pribadi Ali
lalu dikampanyekan bermetamorfosis seperti Nabi Isa al-Masih. Ia
bertransformasi menjadi imam lewat sekte Syiah. Di samping Abdullah
bin Saba, tertoreh pula Ka’bul Akhbar serta Abdullah bin Maimun
al-Qaddah sebagai arsitek Syiah.
Antek Zionis
semacam Thaha Hussein kemudian berusaha menghapus jejak Abdullah bin
Saba. Sastrawan Mesir tersebut berfatwa bila Abdullah bin Saba
sekedar tokoh fiktif hasil rekayasa Ahlussunnah wal Jamaah.
Dulu, Yahudi
termaktub sebagai bangsa pilihan. Setelah melewati kurun zaman yang
panjang, mereka justru makin tersohor sebagai makhluk lalim. Sebab,
benak mereka dirasuk prinsip Zionis yang menganggap goyim
(non-Yahudi) sebagai domba. Sedangkan mereka adalah serigala.
“Mereka
membunuh pula para Nabi secara semena-mena! Hal itu terjadi
gara-gara mereka suka berbuat durhaka sembari melampaui batas”
(al-Baqarah:
61).
(Cakrawala, Jumat, 23 November 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar