2

Jumat, 14 September 2012

Ekonomi Biru





Aplikasi Ekonomi Biru
di Indonesia
Oleh Adrian Jourdan Muslim
Pemerhati Ekonomi

Di sekolah dasar, murid diarahkan mengagumi Indonesia. Mengacu pada Konvensi PBB, negeri ini punya 13.487 pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Sementara 746 bahasa lokal dipakai oleh pelbagai suku. Sedangkan lahan pertanian menghias tiap daerah.
Belum hilang giang bahwa Indonesia punya pertanian luas, mendadak berita mengejutkan datang. Indonesia mengimpor beras dari Vietnam. Negeri yang sempat porak-poranda oleh militer Amerika Serikat itu, justru sanggup menyediakan 1,5 juta ton beras untuk Indonesia. Tiada terbayang di benak kalau Indonesia mengalami defisit pangan. Kebanggaan sebagai “Aku Anak Indonesia” seolah goyah.
Era menakjubkan sontak tiba. Bergemuruh istilah blue energy. Pada Desember 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan kepada dunia pada Konferensi Perubahan Iklim di Bali. Indonesia berhasil menciptakan bahan bakar baru yang dinamakan blue energy. Jenis energi ini teramat ekonomis serta ramah lingkungan. Pakar tersentak karena putra Indonesia bisa melepaskan unsur hidrogen (H) dari unsur oksigen (O) pada air (H2O). Padahal, ini pekerjaan memusingkan ahli-ahli mancanegara. Apalagi berbiaya jumbo.
Blue energy rupanya kebohongan besar. Ini mirip varietas unggul Supertoy HL-2. Varietas padi yang dikembangkan Sarana Harapan Indopangan itu tidak lebih dari pembohongan publik.
Di tengah hiruk-pikuk perkara korupsi maupun pemilukada, berdenging istilah green economy (ekonomi hijau). Ini selaras panorama Indonesia yang banyak menyimpan rimba-raya. Masyarakat lantas terbuai jika kelak Indonesia dapat menyongsong ekonomi hijau. Kini, ekonomi hijau menjadi landasan ekonomi dunia.
Ekonomi hijau membuncah dari pikiran Pavan Sukhdev. Ia menegaskan bahwa sisi sosial dan lingkungan merupakan bagian tak terpisahkan dalam ekonomi hijau. Konseptor ekonomi hijau tersebut berniat memberantas kemiskinan. Ia berinisiatif mempersempit jurang perbedaan. Kemudian mengangkat harkat masyarakat lokal agar lebih sejahtera.

Jembatan Emas
Laut biru yang terhampar luas lalu ditelisik penuh takzim. Orang lantas menambatkan istilah ekonomi biru sebagaimana warna laut yang dalam. Ini memperkaya khazanah ekonomi sesudah sukses mendengungkan ekonomi hijau.
Pengelolaan laut secara prima kerap dinamakan ekonomi hijau dalam dunia biru. Istilah lain yang digunakan yakni ekonomi ramah lingkungan di laut. Ekonomi biru berarti perlindungan terhadap laut serta pengelolaan sumber daya laut.
Ekonomi biru dianggap sebagai paradigma baru perekonomian di Indonesia karena bersentuhan dengan pelestarian lingkungan. Aspek ini selaras dengan perencanaan pembangunan di sektor laut dan pesisir. Mimpi pun digembar-gemborkan bahwa pengelolaan laut berikut pesisir sebagai basis ekonomi biru mampu menjadi jembatan emas pembangunan nasional.
Elemen ekonomi biru dipandang bisa memperkuat ketahanan pangan. Hingga, tercapai pertumbuhan berkesinambungan (sustainable growth). Dari sini tercipta kepaduan antara ekonomi dengan bisnis yang ditopang keseimbangan lingkungan. Rasa keadilan pun terhampar berkat upaya mengatasi dampak perubahan iklim. Apalagi, laut serta pesisir memberikan kontribusi terhadap mitigasi pemanasan global. 80 persen panas diserap laut. Dengan demikian, ekonomi biru bermakna sinergi antara pertumbuhan, pembangunan dengan lingkungan.
Pola ekonomi biru sesuai topografis Indonesia yang punya garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Di samping itu, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar (archipelago state) di dunia. Dengan ekonomi biru, niscaya status kesehatan laut (pencemaran) dan manajemen kelautan dapat dilindungi serta diolah. Hasil studi menjabarkan bila ekonomi biru mendorong keberlanjutan stok ikan. Kemudian menjamin ekosistem. Bahkan, mendorong efektivitas sumber daya laut.
Sejarah menunjukkan kalau 40 persen populasi manusia berada di pantai. Sebab, pantai menyediakan aneka keperluan hidup. Di Cina, laut dan pantai menjadi sumber pangan, oksigen serta kehidupan tiada batas. Vietnam memperoleh 57 persen hasil ekonomi dari penerapan ekonomi biru. Sementara Korea Selatan 47 persen.
Potensi ekonomi laut Indonesia ditaksir 1,2 triliun dollar AS per tahun. Hasil menggiurkan tersebut kian memukau jika diaplikasikan dengan triple track strategy. Konsep ini mengusung program pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-growth (pertumbuhan), pro-job (penyerapan tenaga kerja) dan pro-environment (pelestarian lingkungan).
Ekonomi biru yang begitu dahsyat makin menemukan karakter prima bila disandingkan lima rencana aksi KTT Segitiga Karang (CTI) pada 2009. Pertama, memperkuat pengelolaan laut lepas olahan. Kedua, mempromosikan pendekatan ekosistem terhadap pengelolaan perikanan. Ketiga, meningkatkan manajemen efektif pada daerah perlindungan laut. Keempat, memperkokoh ketahanan masyarakat pesisir pada perubahan iklim serta bencana alam. Kelima, melindungi spesies langka.

Partisipasi Elegan
Ekonomi Indonesia dinominasikan terkuat pada 2030. Kendati demikian, belum terdengar terobosan unik untuk merealisasikan. Padahal, muskil mengharap keajaiban datang menghampiri. Ikhtiar mesti digalakkan. Program ekonomi pro-pasar yang menekankan peran sektor swasta dalam mendorong pertumbuhan sekaligus menarik modal asing mutlak difokuskan.
Perekonomian suatu negara tidak berdiri sendiri. Sekokoh cadas pun ia bisa terjengkang. Sebagai misal, ekonomi Jerman, Perancis dan Inggris kian suram bak lampu kehabisan minyak. Soalnya, terseret oleh Yunani yang terbelit timbunan utang beracun. Padahal, Jerman merupakan negara dengan perekonomian terkuat di Eropa. Disusul Perancis bersama Inggris. Trio negara itu tidak aman dari resesi lanjutan. Bisnis keuangan serta investasi segendang sepenarian. Arkian, memaksa zona euro dan non-zona euro berada di ujung tanduk prahara ekonomi. Jerman serta Perancis makin ketar-ketir sesudah Portugal, Irlandia, Siprus, Italia dan Spanyol terbelit kemelut ekonomi. Perancis diprediksi paling payah perekonomiannya setelah Irlandia serta Austria. Negeri Mode tersebut dilanda lonjakan pengangguran yang mencapai 2,99 juta orang. Di sisi lain, daya beli warga yang rendah dipadu ketakutan rakyat perihal kehancuran sistem ekonomi Perancis.
Indonesia sepatutnya menggagas investasi asing langsung. Mengundang investor menanam modal di Tanah Air. Langkah ini manjur guna menapak ide baru, teknologi baru dan pasar baru.
Dapat dipastikan kalau ekonomi biru bakal kompetitif jika ada investor asing. Mustahil mengandalkan kekuatan domestik. Alhasil, diperlukan aksi peningkatan hubungan dengan negara lain lewat investasi asing langsung. Langkah ini bernas karena akan meningkatkan lapangan kerja di dalam negeri. Apalagi, tiap pertumbuhan ekonomi memberikan efek signifikan bagi penciptaan lapangan kerja. Hatta, mengurangi jumlah kemiskinan.
Tatkala zona euro terkapar oleh krisis, kita berharap Indonesia sanggup menerapkan ekonomi biru. Semua berkat laut menjadi kontributor utama bagi ketahanan pangan di negeri ini. Usaha harus segera digaungkan mengingat ekologi yang sakit memaksa penduduk planet ini mencari gaya hidup baru, teknologi baru serta sistem ekonomi baru.
Dengan ekonomi biru, berarti Indonesia selangkah menuju ke skenario 2030 sebagai negara dengan kekuatan ekonomi besar. Optimisme wajib digaungkan sebagaimana Nigeria, Vietnam dan Ghana yang cerah menatap ekonominya seperti dilansir survei Gallup Internasional. Hingga, Indonesia elegan berpartisipasi menuntaskan krisis finansial global, kerusakan lingkungan global serta kesenjangan global.

(Fajar, Jumat, 14 September 2012)





http://www.fajar.co.id/read-20120913215520-aplikasi-ekonomi-biru-di-indonesia









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Wal-Mart.com USA, LLC

4

7

Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC