2

Minggu, 12 Agustus 2012

Al-Qur'án Sertifikat Masuk Surga




Al-Qur’an Sertifikat Masuk Surga

Oleh Adrian Jourdan Muslim
Pemerhati Kajian Kitab Suci

Beberapa keajaiban al-Qur’an sering terdengar. Dalam kehidupan sehari-hari, al-Qur’an menjadi semacam diktum spirit guna memulai aktivitas. Mesut Ozil, gelandang Jerman dan Real Madrid selalu menyempatkan diri membaca ayat-ayat al-Qur’an sebelum pertandingan dimulai. George Weah, bomber AC Milan era 90-an, juga berdiri tegak di lapangan membaca kalam Ilahi.
Keajaiban al-Qur’an, kadang membuat orang berada di lingkungan metafisika. Rumit memahami keterkaitan al-Qur’an dengan fenomena yang terjadi. Sejumlah orang merasa pesimistis oleh pengakuan tentang keajaiban al-Qur’an.
Demi menggampangkan masalah, kita melongok saja para hafiz. Penghafal al-Qur’an inilah sesungguhnya yang paling mempesona sebagai keajaiban al-Qur’an. Orang Arab, Tiongkok, Bugis atau dari negara-negara Afrika, ternyata banyak yang mampu menghafal seluruh 114 surah al-Qur’an. Kendati suara serta dialek berbeda, tetapi, mereka secara jelas bisa melantunkan 30 juz. Adakah orang di luar Islam dapat menghafal buku sucinya?
Keagungan para penghafal al-Qur’an yang membaca kitab suci secara murattal (baik dan benar), membuat para pendengar terpesona. Membaca al-Quran identik dengan keindahan lagu serta keelokan suara. Lagu (nagham) merupakan komponen penghias dalam membaca al-Qur’an. Nagham erat dengan ilmu dan adab membaca al-Qur’an yang dinamakan tajwid. Ilmu ini mengatur panjang pendek mushaf, bacaan ghunnah, ikhfa’, idgham, makhraj serta hukum lainnya.
Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa membaca al-Qur’an mesti dengan tartil. Pengertian bacaan yang mujawwad dan tartil tatkala melantunkan al-Qur’an mencakup beberapa unsur. Sebagai contoh ialah tajwid yang berirama, suara bagus, variasi serasi, pengaturan nafas serta mimik wajah mendeskripsikan makna ayat yang dibaca.
Ali bin Abi Thalid menjabarkan: “Attartiilu huwa tajwiidul huruf wa ma’rifatul wuquf” (tartil adalah memperindah huruf-huruf sembari mengerti perihal pemberhentian bacaan).
“Bacalah al-Qur’an dengan lahan (gaya lagu) Arab yang bacaannya baik. Hindari lahan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) maupun komunitas fasik. Kelak bakal datang selepas saya suatu kelompok yang membaca al-Qur’an laksana bernyanyi sebagaimana para ahli kitab. Mereka seolah tidak membaca al-Qur’an. Aksara yang keluar dari kerongkongannya tak selaras dengan susunan alfabet. Apa yang dibaca tidak membekas pada dirinya. Mereka sekedar bertujuan mempesona pendengarnya”.

Klasifikasi Firman
Al-Qur’an tiba di bumi pada Senin, hari ke-21 Ramadan. Sebelumnya, turun Shuhuf (lembaran) Nabi Ibrahim pada awal malam Ramadan. Taurat pada hari keenam Ramadan. Sementara Injil pada hari ke-13 Ramadan.
Dalam al-Qur’an, kata al-Qur’an disebut 68 kali, Taurat 18 kali, Injil 12 kali serta Zabur tiga kali. Sedangkan Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi Musa dua kali.
Nama-nama al-Qur’an antara lain Kitab (pustaka atau kumpulan firman). Kemudian az-Zikr (peringatan) serta al-Furqan (pembeda antara yang hak dengan batil). Nama lain yaitu Kalam, Nur, Mau’izah, Hikmah, Hablun, Ahsanul Hadis dan ash-Shidqu.
Kata dalam al-Qur’an berjumlah 77.439. Sementara jumlah ayat al-Qur’an menurut ulama Mekah mencapai 6.219. Ulama Medinah menghitungnya 6.214. Ulama Kufah menegaskan 6.236. Hitungan ulama Basrah mencapai 6.204. Sedangkan penduduk Syam menandaskan 6.225.
Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf. Menurut Mustafa Sadik Rafi’i, maksud Hadis itu yakni bahwa di masa tersebut terdapat tujuh dialek dalam bahasa Arab. Al-Qur’an memuatnya semua. Arkian, tiap puak Arab yang menelisik bisa mengerti tujuannya sekaligus lancar dalam membaca.
Al-Qur’an terdiri atas 114 surah. Dengan panjang yang berbeda dari tiga sampai 286 ayat. Surah Makkiyah mencapai 86 surah. Sementara Madaniyah berjumlah 28. Kaum Muslim yang hendak membaca al-Qur’an secara utuh dalam suatu periode lantas dipermudah. Al-Qur’an dibagi 30 juz (bagian) yang sama (ajza).

Sertifikat Surga
Setelah Rasulullah mangkat, otomatis tiada lagi tokoh utama penghafal al-Qur’an. Pada Perang Yamamah, sekitar 70 huffaz (penghafal al-Qur’an) gugur. Umar bin Khattab gundah. Ia cemas jumlah hafiz kian menyusut dalam ekspedisi lain. Walhasil, ia mengusulkan kepada Khalifah Abu Bakar pengumpulan al-Qur’an agar tak lenyap seiring gugurnya hafiz.
Zaid bin Tsabit lalu ditunjuk sebagai ketua tim seleksi. Teks al-Qur’an yang tertera pada keping-keping batu, tulang-tulang hewan, kayu, daun, kulit, kain serta pelepah tamar segera dikumpulkan.
Sesudah disatukan, maka, tim Zaid segera mengatur sebagaimana yang pernah dititahkan oleh Nabi Muhammad. Kumpulan ayat itu kemudian diserahkan kepada Abu Bakar.
Abu Bakar lantas melakukan hearing untuk memberinya nama. Ada yang mengusulkan nama Injil. Sebagian sahabat tidak menyukainya. Lalu ditawarkan as-Sifar. Sahabat lain menampiknya. Ibnu Mas’ud kemudian bercerita jika orang Habsyi punya sebuah kitab yang dinamakan al-Mushaf. Abu Bakar setuju diikuti sahabat lain. Hatta, firman-firman Allah dalam wujud buku tersebut dinamakan Mushaf (teks tertulis).
Umar mewarisi pusaka langit itu ketika ia menjadi khalifah. Saat Umar wafat, maka, Mushaf tersebut dititipkan kepada Hafsah binti Umar.
Metode membaca al-Qur’an rupanya menyulitkan masyarakat Syam dan warga Irak. Huzaifah ibnu Yaman segera melaporkan perkara itu kepada Khalifah Usman bin Affan. Zaid akhirnya ditunjuk kembali buat menyalin ulang. Ia dibantu oleh Abdullah bin Zubair, Said bin al-Ash serta Abdur Rahman bin Haris bin Hisyam. Kelompok kerja ini meminjam lembaran-lembaran Mushaf dari Hafsah.
Salinan Mushaf tersebut dikerjakan selama tarikh 24-30 Hijriah. Mushaf itu lantas disebar di tiga metropolitan pada kawasan Muslim Empire di Kufah, Basrah dan Damaskus. Naskah asli yang dinamakan al-Mushaful Imam dipegang Khalifah Usman.
Al-Qur’an lalu melanglang buana di planet ini. Sejumlah bandar pada beberapa mandala pun menjadi persinggahan al-Qur’an. Orang non-Arab ternyata repot memahami al-Qur’an. Hingga, diracik penerjemahan ke dalam bahasa setempat.
Terjemahan al-Qur’an pertama didesain dalam bahasa Persi. Dirancang oleh Sa’ad asy-Syirazi pada 1313 Masehi. Kemudian muncul terjemahan dalam bahasa Turki. Disusul bahasa India oleh Waliyullah Dahlawi. Terjemahan dalam bahasa Indonesia dirintis oleh Abdur Rauf Ali al-Fansuri pada pertengahan abad ke-17. Sedangkan di China, al-Qur’an diterjemahkan oleh non-Muslim bernama Li Ti Cin pada 1927.
Al-Qur’an merupakan pedoman hidup di dunia serta sertifikat untuk memperoleh kediaman di Surga. Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash bahwa Rasulullah bersabda: “Dikatakan kepada orang yang hafal al-Qur’an pada Hari Kiamat. Baca sebagaimana dulu kamu melantunkannya di dunia. Sungguh, tempatmu di Surga sesuai dengan akhir ayat yang kamu baca”.

(Cakrawala, 13 Agustus 2012)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Wal-Mart.com USA, LLC

4

7

Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC