Menyambut
Hari Air Internasional 22 Maret 2012
__________________________________________________________________________
Tutur
al-Quran Tentang Air
Oleh
Adrian Jourdan Muslim
Mahasiswa
FIK UNM
“Allah
menurunkan air dari langit, bumi pun subur menghijau” (al-Hajj:
63).
Air
merupakan berkah bagi bumi. Tanpa air, tiada makhluk bisa bertahan
hidup. Bahkan, dunia pasti terseret kaotis total. Air menjadi
kebutuhan utama sekaligus pertama bagi kehidupan. Allah telah
menghidupkan bumi dengan mengguyurkan hujan di atas planet ini.
“Allah menurunkan air dari langit. Dengan air itu, Ia menghidupkan
bumi sesudah kering-kerontang” (al-Baqarah: 164).
Di bumi ada
empat proses siklus air, yaitu penguapan, kondensasi (pengembunan),
presipitasi (hujan) dan aliran air. Dari proses tersebut, air lalu
terhampar di lautan, danau, sungai serta di bawah permukaan tanah.
Hamparan air menandakan bumi siap dihuni. Air merupakan pelindung
sejati keanekaragaman hayati.
Dalam bahasa
Arab, Urdu dan Hindustan, air dinamakan ab serta abad raho
yang artinya “salam bagi kemakmuran dan kelimpahan”. Elemen itu
menegaskan bahwa air menjadi keperluan dasar manusia untuk
melanjutkan kehidupan. Apalagi, air menjadi faktor produksi utama
dalam pencapaian hasil pangan. Air malahan merupakan matriks budaya.
Allah
kemudian menebar segala jenis hewan. Di angkasa, burung beterbangan
menghias cakrawala di antara awan-gemawan yang silang-selungkai. Di
daratan, hewan-hewan melata berjalan menyusuri tanah sambil
bercericip gembira. Di bawah debur ombak nan bergulung-gulung yang
diiringi sejuta gelembung buih, ikan pelbagai spesies melaju
berkelak-kelok. Dengan air, maka, semua makhluk dapat hidup.
Pasalnya, air meregulasi temperatur raga, membawa oksigen serta
nutrisi ke segenap bagian badan. Air mengolah makanan menjadi
energi.
Di masa
sekarang, sejumlah pakar dan aktivis merisaukan kualitas air.
Soalnya, kurang dari satu persen air siap pakai di dunia yang layak
digunakan untuk kebutuhan. Hingga, forum-forum bertopik air sering
membahas penyebaran penyakit terkait air. Mereka juga mencemaskan
polusi bahan kimia serta kondisi sungai dan danau di negara
berkembang. Tidak mengherankan jika 2,5 miliar orang hidup dengan
sanitasi buruk.
Wacana yang
sering digembar-gemborkan ialah hemat air. Pada esensinya, irit air
bukan sekedar membatasi pemakaiannya. Mandi, misalnya, hanya satu
ember. Hemat air luas cakupannya. Sebab, bermakna menjaga
ketersediannya saban tahun. Mekanismenya antara lain membangun
embung, terasering, sumur resapan, dam pengendali serta rorak. Wadah
tersebut akan menghambat aliran air hujan dari hulu ke hilir.
Hingga, akan tersedia sepanjang tahun.
Water Wars
“Ia
menurunkan kepadamu air dari langit demi menyucikan dirimu”
(al-Anfal: 11).
Sumber air
tawar yang tersedia di dunia cuma 2,5 persen. Dari jumlah itu,
tercatat 79 persen berbentuk salju dan lapisan es pada kedalaman
tanah di daerah-daerah yang sangat dingin (permafrost).
Sumber air tawar lainnya yakni sungai, danau serta rawa yang mencapai
satu persen.
Pada 1998,
sebanyak 208 negara mengalami krisis air. Menjelang tahun 2025,
diprediksi bahwa 2,7 miliar manusia akan kekurangan air. Vandhana
Shiva yang menulis kitab Water Wars berfatwa bahwa suatu
negara mengalami krisis bila air yang tersedia lebih rendah dari
1.000 meter kubik per orang selama satu tahun.
Citra modern
semacam western, sophisticated, rebellion, grand royal,
kosmopolitan dan avant garde telah mengubah paras dunia.
Sekalipun begitu, air tetap tak berubah perannya bagi manusia. Air
justru makin menjadi incaran. Air sebagai blue gold (emas
biru) sudah menjadi rebutan di banyak negara. Di dekade mendatang,
air diyakini menjadi cairan geopolitik krusial di negara-negara Arab.
Sungai Yordan, sungai Tigris, sungai Eufrat maupun sungai Nil kelak
menjadi sumber konflik baru.
Pada 1958,
Mesir membangun bendungan Aswan. Negara Piramida tersebut lantas
mengusir 100 ribu warga Sudan. Ethiopia akhirnya turut geram karena
tidak diikutkan soal penjatahan air sungai Nil. Pada 1999,
disepakati Prakarsa Lembah Nil (Nile Basin Initiative) mengenai
pembagian sumber daya air sungai Nil antara Mesir, Sudan dengan
Ethiopia.
Pada 1989,
Turki memutus aliran air sungai Eufrat selama sebulan ke Suriah serta
Irak. Akibatnya, Suriah dan Irak kelabakan oleh ruang hampa tanpa
air. Suriah serta Irak jelas gerah gara-gara tindakan sepihak Turki.
Tenggorokan penduduk pun sontak amblas-tandas dalam sekejap oleh
dahaga tak terperi.
Pada abad
ke-19, terjadi konflik sumber air sungai Tenang. Kala itu, sungai
Tenang didistribusikan sebagai air minum ke markas pasukan Hindia
Belanda di Fort de Koch (Bukittinggi). Sementara di Pulau Lombok,
tiap tahun ada 386 kasus konflik pemakaian air.
Water for
Life
“Kami
menurunkan air dari langit menurut suatu ukuran” (al-Mu’minun:
18).
Water for
Life atau Air bagi Kehidupan harus digemakan di sanubari. Dengan
demikian, bakal terpatri bahwa air mesti diselamatkan. Pemakaian air
tidak boleh mubazir. Walau Indonesia sebagian besar wilayahnya
diliputi air, namun, penggunaannya harus efisien. Kendati Indonesia
punya enam persen persediaan air dunia, tetapi, tata kelola air mesti
apik. Dewasa ini, Indonesia termasuk satu dari 10 negara pemakai air
terbesar.
Gerakan
hemat air harus gigih digiangkan. Pemegang tampuk kuasa mesti segera
bertindak. Tak sepatutnya terkungkung moralitas politik ekonomi.
Apalagi, membiarkan politikus sibuk berebut kekayaan dan kekuasaan.
Mereka seolah ingin berkuasa seperti Fir’aun, kaya laksana Qarun
serta angkuh laiknya George Bush. Arkian, dosanya persis kaum
Jahiliah yang bertaklid pada berhala dan ideologi Thaghut. Di sisi
lain, mereka berkhotbah di depan rakyat dengan slogan “demi
kesatuan negara republik”, namun, ia tetap menipu sembari
merekayasa persoalan bangsa. Sialan.
Kini,
harapan besar harus diciptakan bagi ketersediaan air untuk generasi
berikut. Semangat never say die alias pantang menyerah dalam
mengampanyekan air tidak boleh putus digaungkan. Apalagi, sebagai
sumber daya alam, tentu persediaan air terbatas. Air yang menipis
akan mempengaruhi kehidupan. Pada periode ini, kebutuhan terhadap
penyediaan air terus meningkat untuk industri, pertanian serta
pemukiman.
Hari Air
Internasional (World Day for Water) yang ditetapkan PBB
berdasarkan Resolusi PBB Nomor 47/1993, seyogianya menjadi gong agar
bumi tak susut debit airnya. Hari Air layak membakar determinasi
tiap relung hati guna meningkatkan kesadaran kalau air mutlak dijaga
kelestariannya demi kelangsungan hidup. Hari Air wajib menjadi jihad
global buat mengedepankan urgensi keterpaduan yang terkoordinasi
dalam pengelolaan sumber daya air.
Air mesti
diperlakukan sebagai sumber daya milik umum. Maklum, fungsi air
bersifat sosial dan kepunyaan publik (common property). Bukan
komoditas ekonomi yang diserahkan kepada pemilik modal (private
property). Penguasaan air sebagai hak fundamental korporat
justru kian menyengsarakan penduduk dunia. Air menjadi hak tiap
warga, bukan kepunyaan institusi dengan warisan naluri purba dari
sifat Kabil yang serakah.
Air
merupakan anugerah bagi kehidupan. Hatta, di tangan manusia sendiri
tergantung pengelolaan air. Distribusi harus efektif, terpadu serta
intensif demi menjangkau siapa saja penduduk planet biru ini. Air
mesti menjadi bahasa universal untuk saling berbagi guna hidup rukun
sebagai masyarakat global.
“Kami
menurunkan dari langit air yang mengandung berkah” (Qaf: 9).
(Tribun Timur, Jumat 23 Maret 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar