2

Jumat, 18 Mei 2012

Buku dalam Kehidupan


Menyambut Hari Buku Nasional 17 Mei 2012
Buku dalam Kehidupan
Oleh Adrian Jourdan Muslim
Peminat Masalah Pustaka

      Tiap manusia pasti pernah melihat buku. Murid SD sampai mahasiswa malahan bertumpu pada pelbagai buku. Tanpa buku, pelajar repot meraup ilmu. Sebab, buku merupakan lentera pencerahan dunia ilmu. Buku menjadi sumber inspirasi sekaligus penerang zaman. Buku mampu menggugah kekuatan demi merangsang potensi diri. Buku juga sanggup menghidupkan kalbu dengan pernik-pernik cahaya hikmah.
      Anatomi buku bervariasi. Ada tebal, ada tipis. Ada maksi, ada mini. Ada pula berjilid-jilid dengan sampul artistik, ilustratif dan eksploratif. Rupa-rupa pustaka meliputi kamus, novel, ensiklopedia, komik maupun kitab suci. Meski buku memiliki fisik bermacam-macam, namun, nilai utama tetap pada tiap sisi yang kaya tema. Alhasil, enak dinikmati karena kedalaman makna yang dikandungnya
      Penerbitan buku juga punya banyak motif. Ada untuk mencerdaskan. Ada buat memotivasi pribadi. Bahkan, ada buku dirilis guna menipu masyarakat. Menjelang pemilihan pemimpin lokal atau nasional, acap sebuah buku dipublikasikan. Di situ diterakan segenap prestasi tokoh bersangkutan. Sementara cacat-celanya yang berkarung-karung disembunyikan. Ia tak merasa berdosa untuk memanipulasi data statistik demi membuahkan sebuah asumsi keliru.
      Pada hakikatnya, buku begitu layak dikategorikan sebagai “buku sampah”. Ada lagi “buku sampah” berupa jawaban atas sebuah buku. Kalau ada buku membicarakan sejarah. Kemudian ulasan sejarah itu tidak berkenan dengan seseorang. Ia lalu menerbitkan buku dengan isi yang membahas kebaikan dirinya.
      “Buku-buku sampah” biasanya kurang digemari kalangan yang berwawasan komprehensif. Pasalnya, kandungannya dipandang vulgar serta bombastis. Apalagi, “buku sampah” tak memotivasi semangat. Buku model begitu justru menjengkelkan. Mereka licik bin lihai menyulap kesalahan menjadi kebenaran sejenak. Akibatnya, orang merasa rugi membelinya. Rasanya laksana ditipu mentah-mentah oleh pembual sial.
      Kehadiran buku dalam kehidupan sangat krusial. Dengan buku, maka, periode tertentu seolah mampu direparasi. Ibarat kata, era lampau bisa direkonstruksi, zaman kini dapat dimanipulasi, masa depan bisa dimodifikasi.
      Buku-buku yang bertumpuk dilahap menata manusia menjadi brilian. Kecerdasan yang dimiliki membuat orang lebih siap menghadapi era mendatang. Maklum, sosoknya senantiasa terbuka untuk langkah alternatif.

Jabat Tangan
      Dari deretan pustaka, selalu ada yang mempesona perspektif. Ia seolah memompa semangat bak tubuh kena setrum. Saya butuh satu bulan untuk membaca novel Mushashi yang tujuh jilid. Menjelang tidur, saya menyempatkan diri menikmati novel terbitan Gramedia tersebut.
      Sebuah adegan dalam novel karya Eiji Yoshikawa itu mengubah cara saya mengetik. Alkisah, ronin (pendekar tanpa tuan) Musashi dikeroyok sepasukan samurai. Serangan masif dan bergelombang tersebut tidak menciutkan nyali Musashi. Tanpa sadar, tangan kirinya merogoh pedang pendek. Ia lantas membabat para samurai dengan pedang panjang di tangan kanan dipadu pedang pendek di tangan kiri.
      Musuh mampus bergelimpangan. Musashi kemudian menatap kedua tangannya usai membantai lawan-lawannya. Ia takjub dengan kedahsyatan kedua tangannya. Bila punya dua tangan, mengapa tak difungsikan semua.
      Sejak itu, saya tidak lagi mengetik dengan “sebelas jari” alias memakai dua telunjuk. Jika memiliki sepuluh jari, mengapa tak difungsikan semua.
      Buku-buku dengan alur logika bernas membuat pembaca makin cerdas. Rangkaian teks dinamis yang tercetak memicu pembaca untuk berbenah diri. Mereka dapat meniru kearifan yang digulirkan sang penulis. Pembaca bisa menjiplak kebijakan-kebijakan yang berfaedah bagi diri sendiri atau orang lain.
      Selama menggeluti “himpunan kertas beraksara”, ada sebuah “petuah Afrika” yang begitu menggurat di sanubari. Diceritakan bahwa Nelson Mandela adalah pribadi rendah hati. Ia berpesan bahwa jangan menunggu orang menjulurkan tangan untuk berjabat tangan. Ulurkan cepat tanganmu. Soalnya, mereka pasti mendambakan berjabat tangan dengan kamu.
      Petuah Presiden Afrika Selatan (1994-1999) ini, teramat mengesankan hati. Sebab, banyak orang popular atau tokoh publik yang malas berjabat tangan dengan orang sekitarnya.
      Hikayat bergulir bahwa warga yang pernah berjabat tangan dengan Mao Zedong, tidak rela mencuci tangan selama berpekan-pekan. Mereka begitu senang dapat menyentuh tangan pendiri Republik Rakyat Cina tersebut. Apalagi, sebagian menganggapnya dewa.

Minimalisasi Stres
      Pasa esensinya, tidak seluruh buku patut dicerna. Pasalnya, apa yang dibaca mencerminkan diri sendiri. Pustaka-pustaka positif yang diserap bakal menghasilkan energi positif.
      Ihwal serupa terjadi pada bacaan lain atau tontonan. Orang yang suka mengintip situs porno pasti kepalanya berisi impuls mesum. Begitu menatap cewek bahenol, ia langsung berimajinasi untuk me-miyabi-ozawa-kan gadis itu.
      Buku sangat berpengaruh bagi kehidupan. Di samping menambah wawasan, buku mujarab pula untuk menjaga kesehatan. Dengan membaca, maka, stres bisa diminimalisasi. Bacaan-bacaan ringan semacam fiksi dapat mengurangi beban pikiran. Membaca buku juga diyakini menjauhkan orang dari resiko penyakit Alzheimer. Membaca membantu mencegah gangguan otak, termasuk kehilangan memori.
      Manfaat membaca buku yang sering didengungkan yakni meningkatkan konsentrasi. Buku punya keunggulan guna mengembangkan keterampilan objektivitas.
      Buku diperkirakan muncul di Mesir pada tahun 2400 sebelum Masehi. Bangsa Mesir menciptakan kertas papirus. Deretan huruf lalu ditorehkan di atas kertas papirus. Data-data pada kertas papirus tersebut lantas dilipat secara melingkar. Gulungan itu yang ditahbiskan sebagai prototipe awal buku di dunia.
      Wujud buku kemudian berubah tatkala kertas ditemukan di Tiongkok. Pada tarikh 105, Ts’ai Lun mempersembahkan contoh kertas berbahan dasar kulit kayu murbei kepada Kaisar Han Hedi. Buku kian menggairahkan saat Johannes Gutemberg menemukan mesin cetak pada tahun 1450-an.
      Di era digital ini, pustaka bersalin rupa dalam wujud e-Book (buku elektronik). E-Book makin digandrungi berkat perangkat keras e-Book Reader (pembaca kitab digital). E-Book Reader memiliki fitur papan ketik QWERTY. Hingga, pembaca berkesempatan memberikan catatan pada halaman buku digital. Dengan layar sentuh, maka, pembaca leluasa pula membuka halaman demi halaman. E-Book Reader juga punya pencari kata, batas penanda halaman terakhir yang dibaca berikut pengaturan cahaya. Buku yang dibaca malahan bisa vertikal serta horizontal.
      Dengan e-Book, niscaya segala ilmu kian gampang disimak. Barisan alfabet yang berjejer pada lembaran buku makin enteng ditelusuri. Wawasan pun kian luas. Pikiran makin jernih dan ucapan yang dituturkan terasa bermakna. Semua berkat buku yang tak lain sumber inspirasi tiada habis.

(Tribun Timur, Jumat, 18 Mei 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Wal-Mart.com USA, LLC

4

7

Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC