Perancis
di Tangan Hollande
(Membangun
Ekonomi Indonesia dan Perancis)
Oleh
Adrian Jourdan Muslim
Peminat Kajian Politik
Francois
Hollande akhirnya ditahbiskan sebagai pemenang untuk menduduki
singgasana Istana Kepresidenan Elysee di Paris pada 6 Mei 2012. Ia
mengalahkan Nicolas Sarkozy yang sempat menakhodai Perancis selama
satu periode.
Di Perancis,
pemilihan presiden dipilih oleh rakyat secara langsung untuk kurun
waktu tujuh tahun. Rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi.
Pemilihan presiden secara langsung dinilai oleh masyarakat Perancis
memiliki bobot demokrasi. Hingga, hasil pemilu memperoleh legitimasi
rakyat.
Perancis
beruntung berkat kesadaran politik warganya tergolong tinggi.
Alhasil, mereka tak gampang silau oleh penampilan kandidat-kandidat
presiden yang doyan tebar pesona. Tidak seperti di negeri ini.
Begitu memangku jabatan tinggi, kontan mulutnya menyebar rupa-rupa
janji yang tak kunjung terealisasi. Hari ini akan, besok akan, lusa
lagi-lagi akan. Kapan waktunya mau tebar aksi kinerja sekaligus
berempati dengan rakyat yang dirajam nestapa tiada ujung.
Mekanisme
yang sekarang berlaku di Perancis merupakan prakarsa Presiden Charles
de Gaulle pada 1962. Model pemilihan di awal era Republik Kelima
itu, dirumuskan dalam Pasal 7 Konstitusi Perancis.
Sebelum
1958, presiden dipilih oleh majelis. Di Perancis, posisi presiden
meliputi perubahan parlemen. Kemudian menjabat panglima tertinggi
angkatan bersenjata. Ia menggenggam pula kekuasaan pemerintah,
kekuasaan publik maupun kekuasaan parlemen.
Presiden
Perancis pun punya hak menyelenggarakan pemilu legislatif. Sedangkan
wewenang perdana menteri cuma sebatas topik kebijaksanaan serta
penyelenggaraan pemerintahan negara.
Di negeri
Gallia, aspirasi politik rakyat dijamin negara berdasarkan pada
penghormatan terhadap hak asasi manusia. Syahdan, lahir jargon
demokrasi yang mendorong optimisme manajemen politik. Choquent
des opinions, jaillissent la verite de la conscience de l’homme
(segenap perbedaan pendapat bakal melahirkan kebenaran sejati yang
berasal dari lubuk nurani insan).
Presiden
Hollande yang menang pada first leg 22 April 2012 dan putaran
final 6 Mei 2012, memiliki banyak rintangan di masa pemerintahannya.
Ia harus berjibaku mengangkat pamor ekonomi yang lesu. Prioritas
lain ialah agenda dalam negeri buat meningkatkan keamanan. Program
yang tidak kalah pentingnya yakni memacu pengaruh Perancis pada
bidang politik serta ekonomi di ranah internasional.
Merek Populer
Hubungan
Perancis dengan Indonesia bermula tatkala suatu ekspedisi tiba di
Banten pada 1617. Di zaman pemerintahan Raja Louis XIV dan Louis XV,
dua karaeng Makassar juga berpetualang ke Perancis.
Tanah Gallia
begitu lekat di mata bangsa Indonesia. Biarpun Perancis sangat
mempesona di negeri ini, namun, tak demikian sebaliknya. Nama
Indonesia rupanya tidak begitu mashur di mata penduduk Perancis.
Padahal, banyak produk Negeri Mode tersebut berseliweran di
Nusantara.
Orang
Indonesia mengidolakan Zinedine Zidane, Thierry Henri, Frank Ribery
berikut Nicolas Anelka. Remaja-remaja Indonesia mengenal pula tokoh
komik Asterix-Obelix hasil coretan Rene Goscinny bersama Albert
Uderzo. Sementara eksekutif muda kerap bergaya dengan mobil Peugeot.
Warga
Indonesia sejak dulu berkarib-mesra dengan kerajaan ritel Carrefour.
Sedangkan tas Hermes teramat populer di kalangan sosialita Indonesia.
Sebuah edisi khusus Hermes yang dibikin tiga buah, ternyata satu
dipunyai oleh orang Jakarta. Perusahaan semacam TOTAL, Alstom serta
Accord, malahan merdu terdengar di telinga. Sementara makanan
produksi Danone meluber dalam toko-toko di berbagai metropolitan
sampai pedalaman terpencil.
Mahasiswa
dari seluruh perguruan tinggi juga mengenal figur Voltaire, Victor
Hugo, Jean de la Fontaine, Moliere, Claude Monet, Jacques Derrida,
Michel Foucault, Francois Lyotard atau Pierre Bordieu.
Aneka
barang, merchandise dan citra made in French, telah
lama bercokol di Indonesia. Maklum, negeri ini merupakan potensi
pasar nan besar.
Investor
Perancis memandang jika Indonesia tergolong wilayah strategis.
Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, tentu Indonesia menjadi
faktor sentral bagi stabilitas keamanan kawasan. Bahkan, berpeluang
sebagai akselerator pertumbuhan.
Nafsu besar
para pemilik modal Perancis sering mandek gara-gara kaburnya
peraturan menyangkut pemegang otoritas, transparansi serta
konsistensi. Kalangan pengusaha meminta kejelasan lantaran investasi
merupakan proses jangka panjang. Usaha yang dikembangkan bisa
berlangsung 10-15 tahun. Arkian, aturan terang-benderang menjadi
skema krusial.
Gelora
positif Perancis yang berencana menanamkan modal seyogianya melecut
pemerintah Indonesia. Pemegang tampuk kuasa mutlak menciptakan iklim
sejuk. Orang-orang yang tak berkompeten di lingkar kekuasaan, mesti
disingkirkan. Pengurusan izin usaha yang mengendap dalam lilitan
birokrasi selama berbulan-bulan, sudah selayaknya dipangkas menjadi
beberapa jam saja.
Gerbang
Indonesia
Bertumpuk
kendala berada di pundak Presiden Hollande yang berasal dari Partai
Sosialis. Apalagi, citra Hollande identik sebagai pembangun
konsensus yang lunak. Di sisi lain, kebijakan pajak Hollande
dituding payah oleh Sarkozy. Sebab, merupakan sinyal kebangkitan
sosialisme 1970-an. Akibatnya, dapat menghancurkan ekonomi Perancis
yang telah menderita.
Ekonomi
Perancis mulai bonyok di era pemerintahan Jacques Chirac.
Perekonomian di masa 12 tahun pemerintahan Chirac dipandang gagal.
Chirac yang berasal dari kubu konservatif, bertanggung jawab atas
tingginya tingkat pengangguran.
Mission
sacree (misi suci) Hollande yang wajib diemban secepatnya yaitu
memulihkan ekonomi. Di tangan Sarkozy, motor penggerak ekonomi
mogok. Apalagi, gejolak ekonomi global menghambat kinerja ekonomi
Perancis. Negeri Mode itu terserempet imbas krisis utang euro.
Parah hasilnya karena Perancis bersama Jerman harus ikut menalangi
utang negara-negara tetangga. Ini yang menguras uang para pembayar
pajak.
Krisis
ekonomi global membuat tingkat pertumbuhan ekonomi Perancis hanya di
kisaran nol persen selama kuartal II/2011. Selama waktu tersebut,
produk domestik bruto (PDB) tidak tumbuh alias stagnan.
Channel
France 24 merilis bahwa di akhir masa rezim Sarkozy, rakyat
Perancis memilih menabung duit. Mereka pun berhemat berbelanja.
Hollande
mesti memulihkan ekonomi dengan mengedepankan sektor belanja warga
dan perputaran uang di bursa finansial. Kalau Hollande tak segera
mengobati stagnasi ekonomi, maka, ia berhadapan dengan momok lain
berupa lonjakan pengangguran. Pengangguran di Perancis mendekati
angka 10 persen.
Bila
Hollande mampu menggenjot ekonomi Perancis, berarti Indonesia
kecipratan rezeki. Soalnya, agresivitas Perancis dalam mencari mitra
merupakan berkah bagi Indonesia. Apalagi, Indonesia merupakan negeri
yang memiliki ikatan bisnis dengan Perancis. Hubungan baik yang
terjalin memungkinkan Indonesia bisa mengekspor barang ke Perancis.
Respons positif ini akan menjadi gerbang bagi Indonesia guna
bersentuhan dengan negara-negara Eropa.
(Cakrawala, Rabu, 30 Mei 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar